Karomah Muasis pon pes A. P. I Tegalrejo magelang
Karomah KH Chudlori
Kiai Chudlori juga meluangkan waktunya untuk mendakwahi para pemimpin penjahat. Parto Tepus dari Desa Surodadi, seorang bandit yang paling terkenal jahatnya waktu itu diajak masuk Islam oleh Kiai Chudlori dan akhirnya menjadi salah seorang pengikutnya yang paling setia. Dengan penuh rasa penyesalan, Parto Tepus yang kini sudah berusia delapan puluhan tahun bercerita pada saya:
Hingga tahun 1949, saya adalah pemimpin bandit yang sangat terkenal jahatnya. Saya melakukan semua bentuk kejahatan dan kriminalitas seperti perjudian, perampokan, pemerasan dan bermain perempuan. Karena kemasyhuran saya sebagai seorang yang kebal (jadug) membuat orang takut kepada saya. Jika saya menginginkan uang, sering kali saya hanya memerintahkan orang yang akan menjadi korban untuk meninggalkan sejumlah uang pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan dan mereka melakukan.
Pada saat itu barangkali saya adalah manusia yang paling jahat di dunia. Pada suatu hari ditahun 1949, saya ditimpa musibah. Saya mengalami sakit yang parah. Saya berobat ke beberapa dokter di Magelang. Saya juga berobat dengan banyak dukun, tetapi tidak sembuh. Selama berbulan-bulan saya hanya berbaring di tempat tidur.
Sungguh tidak disangka-sangka suatu hari Kiai Chudlori, dengan ditemani dua santrinya menjenguk saya. Setelah berbicara sejenak dengan saya dan istri saya, beliau minta segelas air dan kemudian melafalkan doa di gelas tersebut. Sembari menyuruh saya minum, beliau berkata: “Sesungguhnya Anda tidak sakit, ini tidak lain hanya kehendak Tuhan untuk mengurangi dosa anda!” Saya benar-benar terpesona dengan kata-kata kiai itu sehingga saya bertanya pada beliau: mungkinkah orang seburuk saya bisa bertaubat?” Kiai menjawab “Pintu kemurahan dan belas kasih Tuhan jauh lebih besar dari dosa anda!” Mendengar jawaban semacam itu secara spontan saya menangis, tindakan yang tidak pernah saya alami dan lakukan sebelumnya.
Pada saat itu pula saya mengatakan harapan saya untuk bertaubat dan menjadi seorang Muslim. Disaksikan oleh istri dan dua orang santri, Kiai Chudlori menuntun saya mengucapkan dua kalimah syahadat. Mulai saat itu saya mengakhiri kelakuan jahat dan menjadi pengikut Kiai Chudlori agar menjadi seorang Muslim yang saleh.
(إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا)
[Surat An-Nisa' 17]
"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"
(وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا)
[Surat An-Nisa' 18]
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih"
Tahun Duka
🌱🌱🌱🌱
Pada akhir tahun 1949, Tegalrejo dalam keadaan lebih aman sebagai akibat hasil goncatan senjata dengan Belanda.
Pengalihan kedaulatan kepada Indonesia, termasuk Irian Jaya berlangsung pada tanggal 27 Desember 1949 ((M.Cricklefe, 1987:220).
Kiai Chudlori keluar dari persembunyian dan mulai mengaktifkan dan membangun kembali pesantrennya. Namun beliau tertimpa musibah. Kurang dari satu tahun setelah bertemu dengan keluarga dan para santri, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian, Abdullah, salah seorang santri kesayangannya juga meninggal.
Masih di penghujung tahun 1951, istrinya juga meninggal. Oleh karena itu, baru pada tahun 1952 Kiai Chudlori dapat berkonsentrasi pada pekerjaanya. Pada tahun ini Kiai Chudlori menikah untuk kedua kali dengan Nyai Nur Halimah atas saran mantan mertuanya. Menurut Kiai Yasin (62), salah seorang alumni Pesantren Tegalrejo, yang sekarang memimpin pesantrennya sendiri, tantangan yang paling berat yang dialami waktu itu adalah kurangnya keuangan dan sumber daya.
Meskipun ayahnya seorang pengulu, Kiai Chudlori bukanlah orang yang kaya. Dia hanya mendapat warisan rumah dan tanah yang digunakan untuk pesantren. Kiai Yasin menceritakan kepada saya betapa miskinnya Kiai Chudlori pada masa-masa awal perjuangan membangun kembali pesantrennya. Suatu hari, kata Kiai Yasin, Kiai Chudlori pernah minta saya meminjaminya beberapa kilogram beras. Menyadari betapa miskinnya Kiai Chudlori, sejak itu keluarga Yasin memberikan sumbangan beras secara kontinyu.
Kiyai Yasin juga ingat bagaimana Kiai Chudlori melakukan apa saja yang bisa mengatasi persoalan keuangan. Bahkan beliau pernah berusaha beternak ayam dan itik, dan menyuruh para santri mengamalkan salawat idrok.
اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَـلَيْـكَ يَاسَيِّــدِىْ يَارَسُوْلَ اللّـهِ, خُذْ بِــيَـدِىْ قَـلَّتْ حِيْلَــتِى أَدْرِكْـنِى
Usaha tersebut berhasil sehingga beberapa bulan berikutnya dapat membeli domba dan tidak lebih dari dua tahun mampu membeli beberapa ekor sapi. Kiai Chudlori memeras sendiri susu sapi dan dijual kepada santrinya. Untuk mengenang saat miskinnya, Kiai Chudlori memberi nama anaknya yang ketiga, yang dilahirkan saat itu, Mudrik, yang berarti setiap orang yang mengamalkan salawat idrok. Bahkan saat itu, salawat idrok merupakan salah satu dari doa-doa harian yang ditawarkan pada santri di Tegalrejo.
( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال )
Bersambung...
Salam mas onyeh
0 Response to "Karomah Muasis pon pes A. P. I Tegalrejo magelang"
Post a Comment