Sang Muasis pon pes Asrama Perguruan islam

KH Chudlori
Sang Muasis Pon Pes A.P.I Tegalrejo 
       🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴


 Setelah menikahi putri KH Dalhar Watucongol, Bliau sempat mengajar di pesantren mertuanya tersebut. Namun mengajarkan ilmu agama di kampung halamannya adalah cita-citanya yang menggebu-gebu sehingga bliau selalu melakukan mujahadah dan meminta petunjuk Allah Swt untuk niatnya itu.

"HATI SUTJI ADALAH DASAR HIDUP ABADI"
TUGU MENTAL

KH. Chudlori menjalani uzlah di makam ‘keramat’ Batu Ampar, di Pulau Madura.
Beliau menghabiskan waktu hampir dua tahun untuk menjalankan praktek mistik (riyadloh) di kuburan keramat ini.
Selama 2 thn itu pula Beliau mengkhatamkan Al-Qur'an 1000 kali.
Bisa di bayangkan jika di bagi berarti dalam 2 hari harus khatam 3 kali. Sepengatahuan saya ketika di batu ampar dan menurut juru kunci makam di yang mampu mengkhatamkan Al Qur'an 1000 kali hanya 3 orang di antaranya Mbah Mangli ,KH Chudlori dan yang satu Kyai dr Langitan(maaf namanya lupa).
Kemudian pada  tahun 1940 akhirnya KH. Chudlori mengakhiri status lajangnya dengan menikahi putri Kiai Dalhar pendiri pondok pesantren Watu Congol Magelang.

 اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَـلَيْـكَ يَاسَيِّــدِىْ يَارَسُوْلَ اللّـهِ, خُذْ بِــيَـدِىْ قَـلَّتْ حِيْلَــتِى أَدْرِكْـنِى

Sebelum membuat keputusan yang terakhir, yaitu mendirikan sebuah pondok pesantren beliau melakukan mujahadah setiap malam Jum’at di makan keramat Raden Santri, yang terletak di puncak bukit Gunung Pring, agar memperoleh petunjuk spiritual dan restu Allah. Setelah melakukan mujahadah setiap minggu selama setahun, pada hari Jum’at dini hari, sekitar pukul 03.00 tahun 1943, ia merasa menerima petunjuk yang jelas bahwa keinginannya direstui Allah. Malam itu, ketika peziarah yang mengunjungi makam ‘keramat’ itu sudah pulang,
Badan KH. Chudlori gemetar dan sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Tapi hatinya tetap tenang. KH. Chudlori menafsirkan kejadian ini sebagai petunjuk bahwa niatnya untuk mendirikan pesantren baru Tegalrejo direstui.
Kh.Chudlori membangunkan Hasyim untuk diajak pulang. Di tengah perjalanan beliau menceritakan kepada Hasyim apa yang baru saja dialaminya dan meminta Hasyim untuk menyampaikan maksunya melaksanakan iqamah (keinginan mulai mengelola pesantrennya sendiri) pada mertuanya.

Setelah disampaikan kepada Kiai Dalhar maka beliaupun merestui rencana tersebut

kemudian pada 15 September 1944 KH Chudlori pulang kampung dan mendirikan pesantren di Tegalrejo. Masyarakat desa itu, ketika beliau mendirikan pesantren, terbelah menjadi yang pro dan kontra.

Kalangan yang pro gembira karena ada anak kampungnya yang menyebarkan ajaran agama. Sebaliknya yang kontra, lebih karena antipati terhadap penyebaran Islam.

Sebagai kiai yang digembleng bertahun-tahun, kh.Chudlori tetap tegar menghadapi kalangan yang kontra. Beliau tetap menjalankan misinya mengembangkan syariat Islam.
Kh.Chudlori kembali  ke desanya, Tegalrejo dan pada hari itu juga pesantren Tegalrejo secara formal didirikan.

Beberapa keluarga Muslim di desa sekitarnya mendengar kembalinya Chudlori dan mengirimkan anak laki-laki mereka untuk menjadi santrinya.

Pada awalnya ada 8 santri di Pesantren Tegalrejo yaitu Hasyim, Muhasyim, Idris Tarui, Muhiyat, Abdullah, Fachrurozi, Muhammad Barin dan Syiraj. Semuanya berasal dari desa-desa terdekat. Kini Kh.Chudlori terkenal dengan kiai baru. Pesantren tersebut juga menarik dukungan dari orang-orang Islam yang kaya. Diantara mereka adalah Haji Dahlan dari Magelang yang membangun bangunan pesantren ini.

Pada tahun 1947, Belanda melancarkan agresi militer pertama yang kemudian diikuti dengan agresi militer kedua tahun 1948 (M.Cricklefe, 1987:213-218).

Tegalrejo sebagaimana daerah lainnya, menjadi benteng pejuang gerilyawan Indonesia. Kiai Chudlori memberikan izin terhadap sebagian dari santrinya untuk terlibat dalam perang gerilya. Aktivitas-aktivitas rutin pesantren terhenti, dan bangunan pesantren dibongkar oleh Belanda untuk dijadikan barak di Pakis, 4 km sebelah timur Tegalrejo. Rumah kiai dirampas untuk markas militer Belanda di daerah ini. Kiai Chudlori dan keluarganya harus melarikan diri, pindah dari satu desa ke desa lainnya di pedalaman.

( أعداؤنا لن يصلوا إلينا بالنفس ولا بالواسطة لا قدرة لهم على إيصال السوء إلينا بحال من الأحوال )

Bersambung.....




Salam mas onyeh.
Apa bila ada penulisan kata mohon maaf sebesar2nya. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sang Muasis pon pes Asrama Perguruan islam"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel